Sabtu, 24 Januari 2009

Tugas Cerpen Bahasaku.....

Postingan satu ini merupakan salah satu cerpen favoritku (karena saya yang ngarang,hehehehe)
WAJIB dibaca dan disebarkan....



DUNIA MAYA

Oleh : Dini Downey Jr.

Gadis berusia tiga tahun itu duduk berdiam diri di ruang keluarga lantai dua. Memang saat itu musim dingin, sehingga perapian ruang keluarga menyala dan memberikan hawa yang hangat.

“Maya, bibi bikinkan susu coklat ya,” ujar Bi Minah.

Gadis itu tidak menanggapi, tetap saja dia memandang ke arah luar dari jendela ruang keluarga. Bi Minah segera kembali ke dapur untuk membuatkan susu coklat. Bi Minah berdiam diri di dapur memikirkan gadis kecil itu. Benaknya berkata banyak hal tentang gadis kecil itu.

“Kasihan,” pikir Bi Minah.

Bi Minah sudah ikut keluarga Refandy sejak Maya lahir, sekitar tiga setengah tahun yang lalu.

Maya, si gadis kecil, seperti gadis yang kesepian setiap harinya. Walau Bi Minah sudah menemaninya sehari-hari, tetap saja dalam pikiran gadis itu berkata bahwa dunianya serasa sepi dan hampa. Ia hanya merasa ditemani oleh Dolly, boneka kelincinya yang lusuh yang ia terima dari neneknya saat dia masih bayi. Orangtuanya sibuk setiap hari, hingga tidak dapat meluangkan waktu untuk gadis kesepian itu. Naiknya pangkat Tn. Refandy, membuat keluarga itu pindah dari Jakarta menuju negeri Ratu Elizabeth, Inggris. Tidak berbeda dengan suaminya, Ny.Refandy pun semakin sibuk dengan pekerjaan designernya. Mengingat Inggris memiliki penduduk dengan selera berbusana yang tinggi, Ny. Refandy pun dapat meningkatkan keahliannya dalam merancang busana.

Pasangan Refandy tentulah bahagia, jauh dari kekurangan. Berbeda dengan putri mereka. Biarpun tiap minggu Maya diberi kiriman dari kantor orangtuanya berupa boneka (dari Barbie dengan model pakaian yang terbaru, hingga boneka karakter kartun terkenal), tetap saja ia berharap orangtua mereka memberikannya secara langsung. Boneka-boneka kiriman tersebut selalu saja disertai dengan tulisan dari asisten Tuan dan Nyonya Refandy masing-masing dalam bahasa asing. Untuk bocah tiga tahun, belumlah memiliki kemampuan yang terhitung bagus untuk menerjemahkan bahasa asing.

Setiap pukul 08.00 pagi, Maya berangkat ke playgroup diantar Richard, supir keluarga Refandy di Inggris. Sesampainya di playgroup, gadis itu hanya sibuk bermain sendiri dengan Dolly, boneka bututnya. Teman-temannya tak henti-hentinya meledek Maya dengan Dolly. Pulang dari playgroup, rumahnya yang luas dan besar tidak menyapanya. Orangtuanya bekerja mulai pukul 05.00 dan pulang pukul 21.00. Itupun jika tidak ada acara di kantor Tn.Refandy, atau konferensi tentang fashion baik nasional maupun internasional di butik Ny.Refandy. Jam-jam tersebut adalah jam di mana anak balita masih tidur di pagi hari dan kembali tidur di malam hari.

Minggu?

Semua hari sama saja untuk Maya. Hanya saja orangtuanya berangkat pukul 07.00 dan kembali pukul 21.30. Pukul 06.00 Maya bangun. Segera ia berlari menuruni anak tangga mencari kedua orangtuanya.

“Mama…,”

“ Sebentar sayang, mama sedang sibuk ,” itu jawab Ny. Refandy dari dalam kamar tidur utama.

Berlarilah Maya ke ruang kerja ayahnya.

“Papa…,”

“Jangan sekarang nak, ayah sedang mencari laptop (terkadang jam tangan, pena ‘Parker’nya, atau dokumen-dokumen kantor) ayah,” jawab Tn. Refandy.

Bi Minah hanya murung melihat gadis itu kembali ke ruang keluarga bersama Dolly. Jam dinding menunjukkan pukul 06.30, pasangan Refandy berangkat kerja. Gadis itu segera menghampiri jendela di ruang keluarga, melihat orangtuanya pergi tanpa mengecupnya, atau berpamitan dengannya. Tangan kecilnya melambai ke arah luar dan tak ada yang menghiraukannya.

Bi Minah mulai bangkit dari pikirannya. Mengaduk susu coklat untuk Maya. Diletakkannya gelas Mickey Mouse di atas nampan dan mulailah ia berjalan menuju ruang keluarga. Terlihat gadis itu memeluk Dolly, dan melihat buku cerita bergambarnya berjudul Peter Rabbit.

“Diminum ya, selagi hangat,”ujar Bi Minah lembut.

Gadis itu tetap saja sibuk dengan buku bergambarnya. Sambil menghela nafas dalam, Bi Minah berkata, ”Maya sayang, maukah kau bermain bersama bibi ke Legoland?”

Gadis itu berbalik menengok wanita setengah baya itu. Terlihat senyum kecil yang jarang ia perlihatkan sebelumnya. Maya pun mengangguk.

“Baiklah. Ayo, sekarang kau ganti baju dan bibi akan membantumu.”

Berdirilah gadis itu dari tempat ia duduk. Mereka berdua berjalan menuju kamar dengan pintu berhiaskan kelinci. Dikenakannya baju hangat bergambar kelinci yang ia gemari, tak lupa mantel dan syal berwarna merah muda. Dan topi bulu yang menghangatkan kepalanya. Bi Minah segera mengenakan mantel, dan topi rajutannya. Berangkatlah mereka menuju Windsor, kota di mana wahana bermain Legoland terletak. Bus tingkat merah khas Inggris melaju sepanjang jalan raya menuju Windsor.

***

Legoland adalah arena bermain dengan berbagai bentuk bangunan seperti rumah, istana atau bahkan mobil-mobilan yang terbuat dan tersusun dari ratusan hingga ribuan lego. Maya bermain di dalam bangunan lego dengan bentuk istana yang megah. Tak terasa waktu yang berjalan cepat menunjukkan pukul 14.00, saatnya pulang untuk makan siang.

“Maya, saatnya pulang sayang,” panggil Bi Minah.

Gadis itu berlari mendekati Bi Minah.

“Ayo pulang, saatnya makan siang,” ujar Bi Minah.

Diraihnya tangan Bi Minah dan berjalan bersama menuju pintu keluar. Maya sebenarnya enggan meniggalkan istana lego di belakangnya, untuk terakhir kali ia menengok ke arah istananya. Dia melihat sorang gadis seusianya melambai kepadanya dengan tawa riang. Maya membalas lambaian gadis itu. Bi Minah bertanya, “ Siapa May?”

“Kathy,” jawab Maya singkat.

Bi Minah merasa senang, akhirnya Maya mendapat teman bermain. Walau sepertinya terasa janggal. Di dalam bus, Maya sesekali menengok ke arah belakang, ke arah tempat hiburan Legoland. Gadis itu berharap teman barunya ikut pulang menuju rumahnya dan bermain bersama.

***

“Ting tong” terdengar bel di pintu depan.

Mendengar suara itu. Maya segera berlari menuruni tangga menuju pintu depan. Dibukanya pintu itu. Ternyata Kathy, gadis yang ia temui di Legoland. Segera Maya menyuruh Kathy naik ke lantai dua. Mereka bermain dengan gembira. Bi Minah datang dari dapur membawa segelas susu coklat. Maya segera meminta Bi Minah untuk membuatkan segelas susu coklat lagi. “Kan ada Kathy, Bi, ” ujar Maya dengan senyum lebar.

Bi Minah bingung sejenak. Tapi sudahlah, anak kecil suka membuat alasan yang bermacam-macam jika ingin sesuatu yang lebih dari biasanya. Kembalilah Bi Minah ke dapur untuk membuatkan segelas coklat yang Maya minta. Tedengar dari dapur, Maya tertawa sendiri, bicara dengan asyiknya seperti ada orang lain di ruang keluarga. Sesegera Bi Minah membawa susu coklatnya ke ruang keluarga. Di ruang keluarga hanya ada Maya sendirian.

“Maya, apa tadi ada orang lain sayang?”

Maya menggeleng, “Hanya aku dan Kathy, Bi.”

Kathy? Siapa Kathy? Bi Minah mulai bingung. Yang ia ingat, Kathy adalah teman yang diceritakan Maya saat di Legoland. Bi Minah berjalan kembali menuju dapur. Didengarnya lagi Maya berbincang-bincang sendiri. Bi Minah berlari menuju ruang keluarga. Sekali lagi, ia hanya melihat Maya. “Maya apakah Kathy sudah pulang?” tanya Bi Minah.

“Bi Minah mengapa kau mengusir Kathy? Lihat, dia menangis kan,” ujar Maya tersengal-tersengal seperti ingin menangis.

“Maaf Maya sayang, maaf Kathy. Bibi telah mengganggu kalian yang sedang asyik bermain,” ujar Bi Minah merasa bersalah, dan segera kembali ke dapur. Tetap saja Bi Minah merasa cemas dengan tingkah Maya.

Tak lama setelah itu, terdengar suara Maya menuruni tangga menuju pintu depan.

“Bye, Kathy,” ujar Maya.

Bi Minah diam-diam melihat Maya dari belakang, melihat Maya melambai-lambai seperti mengucapkan selamat tinggal kepada orang lain. Bi Minah segera menghampiri Maya, “ Kathy sudah pulang ya?” Maya mengangguk. “Hari ini benar-benar asyik,” ujarnya. Maya yang kelelahan terlihat menguap karena mengantuk. Segera gadis malang itu pergi menuju kamarnya untuk tidur.

***

Maya berusia 17 tahun sekarang. Di London Grammar High School ia mempunyai banyak teman. Tak lupa teman-temannya ia undang untuk menghadiri pesta ulang tahun ke 17 nya. Hanya saja seperti biasa, ulang tahunnya ia rayakan tanpa kehadiran kedua orangtuanya. Orangtuanya hanya mengirimkan kado yang kecil berisi kunci mobil VW New Beattle.

“Seharusnya kau senang. Kau diberi kado yang sangat mewah,” ujar Annie sahabatnya yang juga berasal dari Indonesia. Maya hanya tersenyum kecil. “Well, aku harus pulang May, hari sudah mulai malam. See you May,” ujar Annie. Maya mengantar Annie ke pintu depan. Annie pun melambai ke arah Maya, dan Maya membalas lambaian sahabatnya. Sejenak penyakitnya 14 tahun lalu kambuh. Schizophrenia. Dilihat dari seberang jalan, berdiri gadis kecil melambai kepadanya dengan tawa riang. Maya terdiam, terasa seperti membeku. Bi Minah datang menghampirinya dari belakang.

“Kau pasti lelah. Sebaiknya kau tidur,” ujar Bi Minah.

“Terima kasih, Bi,” ujar Maya terdiam sejenak. ”Bi, apa Kathy itu benar-benar ada?”

Bi Minah terdiam. Lalu ia menghela nafas dalam-dalam dan tersenyum, “Ada banyak orang bernama Kathy, bahkan temanmu di London Grammar ada yang bernama Kathy.”

Maya tersenyum kembali kepada Bi Minah. Maya membalikkan tubuhnya menaiki anak tangga menuju kamarnya. Bi Minah pun menatap langit malam London yang indah dihiasi bintang-bintang . Pintu rumah keluarga Refandy pun tertutup perlahan.

Surakarta, November 2008

Nama : Pratiti Nandini

Kelas / No : X-11/32


Tidak ada komentar: